3 Minutes Boy Meets Girl 1

BAB 1/19: 3 MIN.30CM

Author: Sennendou Taguchi (Author of Gargoyle of Yoshinaga Family)
Illustrator: Won

Sigh.

Bagaimana semuanya berakhir begini?

Selama istirahat makan siang, aku tengah mengobrol dengan teman-temanku selama aku makan. Itu kebiasaan sehari-hariku untuk mendengarkan musik dan bersantai sebelum kelas dimulai.

Atau lebih tepatnya, itu adalah ritual harian bagiku sebelum kelas sore.

Tapi ritual ini hancur oleh orang itu.

Apa maksudnya "Apa itu lagu baru Winter Frappé?"?

Dan apa yang akan orang itu lakukan bila aku menjawab 'Bukan'?

Bahkan dia memintaku setelah itu, "Boleh aku dengar?"

Aku adalah seorang idiot untuk menyetujui itu.

Kesalahan terbesar yang kubuat adalah untuk menyerahkan earphone-ku.

Pada saat itu, aku juga harus menyerahkan portabel player-ku padanya. Dia akan duduk di tempat duduknya, dan aku bisa tidur siang diam-diam.

Aku tak mengerti dengan sangat baik.

Kita berada di kelas yang sama, tapi kita tak saling berbicara. Yang kutahu adalah namanya dan aktivitas klubnya. Kebetulan, dia berada di klub yang sama sepertiku, jadi kita akan sering bertemu di taman sepeda sepulang sekolah.

Satu-satunya kegiatan di klub kami adalah untuk mengucapkan selamat tinggal sebelum kita pulang ke rumah, dan mungkin kita hanya bertemu satu sama lain setiap bulan saja—juga, itu saja jenis hubungan kita. Kita hampir tak ada interaksi sama sekali.

Aku tak pernah mendengar rumor bagus, juga tak mendengar rumor buruk tentangnya.

Namun, kukira dia adalah orang baik.

Itu karena ketika ia pertama kali berbicara kepadaku, dia akan menunjukkan ekspresi sedikit bermasalah. Dia juga akan menolak dengan sopan ketika aku menyerahkan earphone-ku padanya. Dia sadar bahwa dia melakukan sesuatu yang semberono karena aku sedang mendengarkan lagu.

Meski begitu, dia bertanya "Tolong beri aku satu".



Dia duduk di kursi di sebelahku, mengambil earphone yang kuserahkan dan memasukkan itu di telinga kanannya.

Lengannya yang menyembul dari seragam musim panasnya menyentuh sikuku. Perasaan segar dan lembut menyebabkan mataku akan secara naluriah tertarik pada lengannya.

—Kenapa aku nggak menolaknya?

Sampai sini, aku tak bisa mengatakan tidak. Aku terus menjaga satu earphone di telingaku saat aku menekan tombol replay.

Ini adalah lagu pendek yang dimulai dengan vokalis bernyanyi a capella dengan suara rendah.

(TLN: A capella adalah musik vokal tanpa diiringi instrument.)

Aku memandang informasi trek. Durasinya tiga menit pas.

Dia berharap pada lagu baru Winter Frappé ini.

Kupikir ini adalah mini-band. Teman-temanku tahu nama band ini, dan mereka sering muncul di majalah musik. Akan tetapi, aku adalah satu-satunya yang bisa dianggap penggemar karya-karya mereka.

Aku menatapnya saat dia duduk di sebelahku.

Dia melirik ke samping, dengan rambutnya memberi aroma ringan.

—Dia juga salah satu fans mereka?

Pastinya.

Jika tidak, mengapa dia akan bereaksi terhadap suara lemah yang keluar dari earphone teman sekelas laki-laki yang biasanya tak saling bicara?

Tetapi, aku takkan berbicara kepada siapa pun jika itu aku.

Jika aku mendengar seseorang memainkan lagu yang sama di earphone, buru-buru aku akan pergi dan pulang untuk memeriksa.

Dia pun tak melakukannya karena dia langsung ke earphone-ku, jadi kukira dia agak bergairah.

Mau tak mau aku merasa senang tentang itu.

Sejujurnya, ada beberapa band yang lebih baik dari Winter Frappé. Lirik mereka agak dewasa, dan lagu-lagu mereka terasa kaku setiap kali.

Namun, aku menyukai jenis ketidakdewasaan ini.

Katakan saja, mereka adalah band yang akan memberikan contoh kata 'Muda' ketika mereka di atas panggung. Perasaan menyegarkan mirip manga akan tetapi terasa sangat menyenangkan.

Rasanya seperti anggota Winter Frappé masih sekolah fiksi, belajar, meskipun mereka sudah dewasa.

Dengar? Liriknya penuh melambangkan melodi muda dalam band.

"...Fufu."

—Sial, dia tertawa dengan cara yang sama juga!

Tampaknya aku ketahuan, dan mau tak mau aku menurunkan kepalaku.

Sudah 30 detik sejak aku melihat player.

Tunggu, tunggu. Apakah aku harus bertahan dalam posisi ini selama 2 menit dan 30 detik?

Aku mengangkat kepalaku dan melihat sekeliling ruang kelas.

Tak ada yang melihat kita. Semua orang duduk di tempat mereka sendiri. Beberapa sedang bermain kartu monopoli, beberapa menyelami internet di telepon, empat orang bermain game, dan beberapa orang menggigit makanan ringan dan tertawa.

Aku berharap untuk menjadi bahan tertawaan sekalipun.

Jika itu memang terjadi, aku bisa menyembunyikan rasa maluku sendiri dan menjauh darinya.

—Bukannya Itu hanya berakhir lebih cepat?

Aku tak membencinya.

Dan aku tak membenci fakta bahwa aku harus membiarkan dia mendengar.

Itu bukan—

Ah, sudahlah. Bagaimana aku akan mengungkapkan perasaanku saat ini?

Omong-omong, apakah dia tak benci mendengarkan lagu ini dengan orang sepertiku...?

"..."

Dia menutup matanya.

Dia menggoyangkan tubuhnya bersamaan dengan iramanya.

Aku tahu dari ekspresinya.

Dia sungguh menyukai band ini.

Sampai sini, aku tak mendengarkan banyak lagu. Namun, aku telah mengulang lagu yang sama berulang-ulang sejak itu menjual dua hari yang lalu.

Omong-omong, dia tahu lagu yang kumainkan di-earphone-ku, tapi dia tak memeriksa tanggal penjualannya?

Dia bisa tahu apakah dia mencari di internet. Blog resmi Winter Frappé update setiap minggu, 'kan?

Mungkin dia tak bisa mengakses situsnya... tidak, itu tak mungkin. Dia masih bermain-main dengan telepon.

Namun, sudah dua tahun sejak mereka terakhir merilis sebuah lagu baru, jadi itu wajar baginya untuk melupakan. Selama waktu itu, mereka hanya memiliki satu band. Saat mereka muncul di televisi pun, mereka hanya bagian dari rekomendasi dari band rock lokal.

Apa dia pergi ke live-concert mereka?

Di samping itu, aku belum pernah pergi ke konser itu. Tapi ada live-concert yang akan diselenggarakan di aula yang sangat besar, tiketnya akan segera dijual. Aku ingin tahu apa yang harus dilakukan.

Bila aku bertanya tentang konser itu, dia mungkin akan memberitahuku banyak hal yang berkaitan dengan itu.

Tetapi jika kita pergi bersama-sama...

Tunggu, apa yang kupikirkan!?

Aku tak berencana untuk pergi berkencan! Aku hanya ingin pergi ke konser!

Namun, jika dia berjalan di sebelahku—mungkin aku akan menikmati diri sendiri.

Setelah menahan diri berakhir, ada riff gitar singkat.

(TLN: Riff adalah frase kalimat musik yang diulang.)

1 menit dan 30 detik. Kita berada di tengah-tengah lagu.

Omong-omong, sungguh panas hari ini... meski kita baru saja memasuki bulan Juni.

—Ini karena dia ada di sebelahku.

Aku sangat memahami bahwa suhu tubuhku naik.

Aku akan sering mencium rambut dikeramas dari orang-orang berambut panjang bila hanya bau sampo yang digunakan. Tetapi, jenis bau gadis ini miliki berbeda.

Rasanya sedikit pusing... tapi itu sungguh bisa menenangkan hatiku.

Aku tak tahu apakah itu karena bau ini atau sesuatu yang lain, tapi hatiku akan kalah liar untuk sesaat, dan kemudian menenangkan dirinya.

Dia tak cantik, dan juga tak jelek.

Namun, ekspresinya saat ia sedang mendengarkan lagu ini sungguh—

AHHH, BERHENTI, AKU!

Jangan berpikir.

Aku menepis pikiran acak dan memfokuskan perhatianku pada musiknya.

Segera, itu akan jadi refrain lagi.

(TLN: refrain dalam musik adalah komposisi dalam sebuah lagu yang iramanya dimainkan secara berulang-ulang.)

Aku menyentuh hatiku untuk menenangkan diri. Itu masih berdetak keras.

Saat ini, dadaku berdetak seperti drum yang dipukul.

Aku memalingkan mukaku untuk menghindari diriku dengan ini.

Saat aku melihat meja—tiba-tiba aku melihat jemarinya.

Jemari yang menekankan irama yang panjang dan cukup.

Apa dia mempelajari beberapa jenis alat musik?

Tatapanku menghindar dari jemari pada kulit putihnya. Setelah itu, aku melihat bahu, mungilnya

Dan akhirnya, mata kami bertemu.

"Eh!?"

Aku terlalu terkejut, dan mengalihkan pandangan.

Omong-omong, kenapa dia melihat ke arahku, juga!?

Aku sangat menyesal karena bertindak begitu curiga! Tapi apakah itu bukan kejahatan menatapku dengan ekspresi yang murni!?

Dalam hal ini, itu adalah kesalahanku untuk melirik ke arahnya dengan mata tak senonoh, huh?

Ahh, aku mengacaukan irama jemarinya. Aku sungguh minta maaf.

Aku menoleh ke arah yang berlawanan, tapi aku bisa melihat raut mukanya di jendela koridor ini.

Jendela itu mencerminkan citra dirinya menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajahnya.

...Reaksi apa itu?

Sial, kenapa tak bisa berakhir cepat?

Aku tak punya perasaan negatif sama sekali tentang harus memutar ulang musiknya.

Aku hanya ingin dibebaskan secepatnya.

Kehidupan sehari-hariku sudah kacau. Ini pasti akan mempengaruhi pelajaran sore.

Tapi episode kecil ini akan segera berakhir.

Ada selingan panjang setelah refrain. Ah, keyboardist ini sungguh brilian. Skill yang dia punya tak mungkin manusia.

Hati-hati, aku melihat ke samping untuk menghindari bertemu tatap mata lagi, dan melihat dia tersenyum.

Dia pasti berpikir bahwa keyboardist ini sungguh menakjubkan.

Setelah ini, refrain akan dinyanyikan lagi, dan seluruh lagu akan berakhir.

Tiga menit aneh ini akan berakhir.

Dalam hal ini, dia akan menuju kembali ke tempat duduknya, dan aku akan dapat mempersiapkan kelas berikutnya.

Apa ini tak bagus?

"..."

Apa yang harus kukatakan ketika itu berakhir?

Mungkin aku harus membicarakan tentang band ini.

Selain aku, tak ada orang lain adalah penggemar dari Winter Frappé. Saat itu dia bukan teman seperjuangan yang berharga? Mungkin kalau aku terus berbicara, kita mungkin dapat menemukan sesuatu yang baru untuk dibicarakan.

Ah, ini sekarang refrain terakhir.

Beri aku sedikit waktu.

Aku masih ingin mengatakan sesuatu.

Apa ini baik-baik saja? Apa ini sungguh baik-baik saja untuk mengakhirinya tanpa mengatakan apa-apa?

Apa tak ada sesuatu untuk dibicarakan? Seperti apa yang kita rasakan tentang lagu ini?

Akan tetapi, aku benar-benar tak bisa memikirkan apapun. Aku bodoh.

Pada awalnya, aku pikir tiga menit terlalu lama. Tapi sekarang, aku tahu itu terlalu pendek.

Bisakah aku membalikkan waktu sekarang? Sial.

—......

Tiga menit lagu berakhir.

"Ahh..."

Aku merasa bahwa aku harus mengatakan sesuatu, dan dengan demikian, aku membuka mulut.

Tapi sebelum aku bisa berbicara, dia menunduk lebih dulu dan berkata kepadaku.

"Terima kasih untuk membiarkanku mendengar lagu ini."

"Oh, begitu."

Tentu saja. Mengungkapkan rasa terima kasih seseorang lebih dulu adalah penting selama percakapan.

Lalu, apa yang harus kubalas?

Astaga, mendorong diriku bersamaan, aku!

Harusnya ada hal-hal yang dibicarakan, seperti 'Lagu ini bagus', atau 'Kamu benar-benar suka band ini'.

Tiga menit dari waktu berpikir telah berakhir!

Aku mendorong diriku didalam hatiku.

"La-Lalu..."

Dan kemudian, ia mengambil inisiatif lagi.

"...A-ada apa?"

"Tolong biarkan aku mendengarnya lagi?"

Eh?

"Itu karena—aku tak mendengarkan lagunya sungguh-sungguh karena dadaku berdetak keras..."

—Kelihatannya aku masih punya beberapa waktu untuk berpikir lagi.

Post a Comment

0 Comments