3 Minutes Boy Meets Girl 2

BAB 2/19: PENYAKIT MENGISI PENGETAHUAN DAN GADIS DI SUDUT KELAS

Author: Akira (Author of Sasami-san @ Ganbaranai)
Illustrator: Sadoru Chiba

Ada sebuah jam kukuk agak tua tergantung tepat di atas podium mengajar, menunjukkan pukul '11: 45'.

Aku duduk di kursi kedua dari jendela di ruang kelas sangat biasa. Di samping itu, aku ditugaskan di baris terakhir.

Dalam lingkungan yang panas mengepul ini, anak laki-laki dan perempuan mengenakan seragam SMP yang menulis dengan pensil mekanik mereka di depanku. Dengan kata lain, teman sekelasku sedang berjuang melawan kertas ujian.



"Ujian Akhir Semester Pertama Kelas 2—Sejarah Dunia."



Papan tulis di depanku ditulis kata-kata ini.

"Erm..."

Terperangah, aku mengeluarkan teriakan kecil.

Orang-orang lain, yang berkonsentrasi pada ujian ini, melemparkanku dengan tatapan tak sabar, tapi aku tak punya waktu untuk peduli akan hal ini.

Tempat apa ini?

Siapa diriku?

Tak ada yang bisa kuingat.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Seorang pria, mungkin seorang guru dan hampir memasuki usia tua, itu pengawas sekitar kelas saat ia melihat di sini dengan kecurigaan saat ia mengajukan pertanyaan ini.

Aku tak bisa membiarkan dia mencurigai apapun di sini.

Naluriku mengatakan padaku untuk mencegah, dan dengan demikian, aku menjawab pelan untuk mencegah hal ini, "Ah, nggak 'pa-'pa". Kemudian, aku mulai menekan isi pensil mekanik dan mendorongnya kembali.

Aku tak perlu membuat terlalu banyak suara, dan aku tak perlu berdiri di sini.

Hal ini karena aku sedang ujian.

Aku duduk di kursi dan mengamati sekitarku.

Ada kotak pensil diisi dengan beberapa perlengkapan menulis, sebuah buklet pertanyaan "Sejarah Dunia" dan sebuah buklet jawaban, semua ditempatkan rapi di sini sangat biasa, meskipun kelas sedikit coretan. Lembar jawaban optikku 60% diisi, dan sekitar 40% pertanyaan kosong.



Apa yang tertulis di kolom nama itu—"Kelas 2-C 若井数波"

Apa ini nama asliku?

Aku tak tahu sama sekali... jadi, bagaimana cara mengucapkan nama ini?

Aku menatap kertas pertanyaan, dan untuk beberapa alasan, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini muncul dalam pikiranku segera. Berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang tak bisa kutinggalkan, aku mulai mengisi lembar jawaban optik.

Aku mengisi jawaban yang benar untuk pertanyaan-pertanyaan itu.

Oleh karena itu, aku harus melewati ujian ini dengan nilai semaksimum mungkin.

Aku mulai mengisi lembar jawaban secara naluriah, seolah-olah aku didorong oleh seseorang.

Setelah bekerja keras selama beberapa saat—tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

Ada kata-kata yang ditulis tangan di area kosong besar dalam lembar pertanyaan, dimaksudkan untuk murid menulis catatan mereka.

Itu kata-kata yang ditulis berantakan.



"Ingatanku akan di-reset setiap 3 menit."

"Ini karena aku belajar sangat keras untuk ujian ini, semuanya karena aku ingin mendapatkan nilai tinggi."

"Aku menekankan semua jawaban yang benar dalam ujian untuk menghafalnya, menyebabkan otakku menjadi terlalu penuh dan mengakibatkan ingatan sehari-hari dan ingatan itu diperas seperti Tokoroten."

(TLN: Tokoroten adalah sejenis konyaku yang diberi kuah aneka rasa.)

"Ini mungkin sungguh luar biasa, tapi tolong percayalah."

"Dan cobalah untuk menemukan cara berurusan dengan itu—ujian belum berakhir."



Setelah aku selesai membaca kata-kata ini, pikiranku secara alami berpikir "Apa itu... aku orang idiot?" tapi bagaimana bila baris pernyataan di sini adalah kebenaran?

Dalam hal ini, semuanya dapat dijelaskan.

Pada saat yang sama, aku merasakan rasa kecemasan dalam diriku. Ingatanku akan di-reset setiap 3 menit, dan setiap kali aku merasa ragu dan lupa, itu akan berakhir segera.

Aku bekerja sangat keras pada pelajaranku yang bahkan memaksa ingatanku, dan ujian berakhir sebelum aku bisa memenuhi kemampuanku—ini hasil yang jadi sedikit terlalu lucu, bukan?

Saat aku sedang memikirkan ini, aku buru-buru mengisi lembar jawaban.

Tiba-tiba, sesuatu memukulku di kepala. Kok.

Kok, kok, kok.

Tampaknya bahwa itu adalah sisa penghapus robek.

Penghapus itu terbang ke arahku dari sisi kiri—kursi yang terletak tepat di samping jendela.

Aku melirik ke sana, dan melihat 'Dia' di sudut kelas.

Jam kukuk agak tua tergantung di atas kelas sekarang menunjukkan pukul '11: 46'.

Aku menatapnya, dan pada saat yang sama, aku merasa kaget diraih oleh hati.

Dia, seperti orang-orang di sekitar kita, yang mengenakan seragam SMP.

Rambut hitam pekat yang panjang itu menyerap sinar mentari yqng memancar dari jendela, dan dipanaskan sampai suhu yang sangat panas. Dia memiliki ekspresi yang sangat dingin, dan tampak seperti kucing liar kurang bahagia.

Kita sedang ujian, namun dia meninggalkan pensil mekanik di atas meja, menatapku tanpa berpaling, tak melakukan apa-apa.

"Apa?"

Mau tak mau aku meningkatkan volume suaraku. Namun, seorang guru telah berjalan ke sini sebelum gadis itu dapat menjawab.

"...Ada apa?"

Guru itu menatap tepat ke arahku, mungkin karena ia telah mengawasi tindakanku yang mencurigakan.

Aku panik, tapi untuk beberapa alasan, "Gadis yang melemparkan penghapus padaku" tak mengatakan itu karena aku tetap diam.

Guru itu mungkin tak terlalu ketat karena dia terkekeh dingin dan berkata, "Jangan 'nyontek, ya", sebelum kembali mengawasi.

Aku menarik napas lega dan berpaling ke gadis itu—

Gadis itu membalik kertas pertanyaan.

Kata 'BODOH' ditulis dalam huruf besar di ruang yang besar.

Itu menyebalkan, tapi kita bisa berbicara dengan menulis di atas kertas. Dalam hal ini, guru itu tak akan menyadari percakapan kami. Setelah aku menyadari ini, aku membalikkan kertas pertanyaan ke sisi lain dan menulis dengan cepat.

"Kamu siapa?"

Setelah melihat pertanyaan ini, dia mendesah, dan kemudian menggunakan penghapus untuk menggosok bagian belakang lembar jawaban. Gadis itu menulis dengan tulisan tangan kecil dan bulat yang benar-benar sulit untuk diketahui.

"Namaku Minakawa Sui."

Bagian ini saja tampak seperti terhapus banyak sekali.

"Aku mengerti situasimu saat ini. Ingatanmu akan di-reset setiap 3 menit, 'kan? Aku mungkin tahu bagaimana untuk membantumu, dan aku akan membantumu mendapatkan kembali ingatanmu. Juga, kamu perlu memberitahuku jawabanmu."

Dia ingin aku untuk membantu dia menyotek.

"Hasil ujianku pas-pasan—tapi aku ingin mendapatkan nilai tinggi kalau bisa. Hidupku tergantung pada ujian ini..."

…Apa yang terjadi?

Aku merasa sedikit bingung.

"Aku mengerti situasimu, dan aku menerima usulanmu. Kehilangan ingatanku seperti ini tak menyenangkan—aku akan menyerahkan lembar jawabanku padamu, lalu kamu akan membuat catatan jawaban di tempat lain, lalu serahkan padaku, oke? Kali ini jawaban optik, jadi menyalin jawaban ini harusnya mudah."

"Baiklah, kamu benar-benar membantuku kali ini dengan memahami apa yang kumaksud segera. Negosiasi kita sebelumnya berakhir ketika batas waktu berakhir..."

Gadis yang menyebut dirinya Minakawa Sui tampak sangat tak sabar saat ia menerima lembar jawaban dariku. Dia memberiku secarik kertas robek dari kertas pertanyaan apa yang tertulis di situ mungkin ditulis terlebih dahulu.

Kata-kata yang tertulis di sana adalah,



"Kamu menekankan pengetahuanmu ke dalam kepalamu untuk mencapai nilai yang tinggi dalam ujian, dan kehilangan ingatanmu. Dengan kata lain, kalau kamu mengeluarkan paksa pengetahuan itu—atau dengan kata lain, terus menjawab pertanyaan, pengetahuan berlebihan menekan ingatanmu akan lenyap, dan kamu pasti bisa mendapatkan kembali ingatanmu."



Aku pribadi berpikir bahwa ini benar-benar konyol, tapi aku mengambil kembali jawaban dari Minakawa Sui, yang tampaknya telah selesai mejyontek, dan dengan cepat membalik lembar jawaban. Ohh, pertanyaan-pertanyaan itu diselesaikan segera. Rasanya enak.

Tahun-tahun dalam sejarah, nama tokoh-tokoh sejarah dan insiden itu terus keluar dari pikiranku—

Luar biasa, sebagian kecil dari ingatanku kembali ke pikiranku.

Itu apartemen normal, gaya washiki, dan ada tatami di lantai.

Seekor kucing meringkuk di bawah atap di sisi lain dari pintu geser, dan lonceng angin menggantung.

Dia—Minakawa Sui, memiliki rambut hitam panjang dan tampak buas. Dalam ingatanku, tentu dia tak mengenakan seragam, tapi sepotong pakaian ringan dengan bahu terungkap. Dia menggunakan bantal untuk mengipasi wajahnya.

Tampaknya Minakawa Sui dan aku sedang mempersiapkan ujian kami.

"Katakanlah, ●●-kun."

Di dalam ingatanku, dia tersenyum.

"Kalau kamu ●● selama ujian berikutnya, ●●-kun, aku akan ●●"

Ingatanku yang penuh kosong, menyebabkanku sangat bingung.

Namun, aku dalam ingatanku langsung termotivasi setelah mendengar kata-kata ini, ini pasti mengapa aku bekerja sangat keras untuk belajar, dan menekankan begitu banyak hal tentang sejarah dunia yang akhirnya kehilangan ingatanku.

"Ah, itu akan di-reset lagi."

Kembali pada kenyataan, di kelas—Minakawa Sui mengirimiku pesan dengan ingatan bengkokku.

"Kamu hebat. Kamu bisa bertemu denganku dengan perasaan segar lagi dan lagi. Kamu benar-benar hebat di sana. Seorang anak laki-laki bertemu perempuan setiap saat? Aku merasa sulit untuk menerima dirimu setiap kali ingatanmu dibersihkan."

Dia memalingkan wajahnya.

"Lalu... selamat tinggal."

Goyangan lembut tangannya seperti kupu-kupu menari.







Jam kukuk agak tua dan rusak tergantung di atas podium menunjukkan pukul '11 .54'.

Semuanya berjalan seperti yang direncanakan.

Setiap kali aku di-reset, aku akan membaca 'rekap sampai sekarang' yang sengaja kutulis.

"Ingatanku akan di-reset setiap 3 menit."

Ada juga baris ini setelah kata-kata pertama yang kutemukan.



"Sekarang aku bekerja dengan perempuan yang duduk di sebelahku, Minakawa Sui."

"Dia mengerti situasiku. Aku menyerahkan lembar jawaban padanya (untuk membiarkan dia menyontek), dan dia bilang padaku cara untuk memulihkan ingatanku."

"Caranya adalah untuk menjawab pertanyaan dan mengeluarkan pengetahuan dari pikiranku untuk memulihkan ingatan yang dipaksa keluar. Melalui tindakan ini, aku mengetahui metode ini menjadi yang paling efektif, jadi aku harus terus menjawab."

Dia mengerti situasiku saat ini. Aku akan menyerahkan lembar jawabanku padanya (baginya untuk menyontek), dan dia akan memberitahuku cara untuk mendapatkan kembali ingatanku."

Cara ini adalah untuk menjaga pecahnya pertanyaan dan mengeluarkan pengetahuan dari pikiranku untuk mendapatkan kembali ingatan yang diperas. Hasil yang sebenarnya membuktikan bahwa metode ini tampaknya efektif, jadi aku harus terus memecahkan pertanyaan.

Aku menjanjikan Minakawa Sui hal ini, jadi setelah aku selesai dengan beberapa bagian, aku harus menunjukkan padanya."



Aku mengikuti kata-kata ini dengan patuh dan terus mencoba dan memecahkan pertanyaan.

Aku mengisi sekitar 90% dari lembar jawaban; dengan kata lain, sebagian besar itu terisi.

Baiklah, sekarang ke final push—aku memfokuskan semua usahaku dalam balap pensilku.

Ujian 'Sejarah Dunia' tampaknya akan selesai pada siang hari. Jadwal hari ini dan jadwal ditulis di atas kertas pertanyaan.

Sekarang 11:54, tersisa 6 menit lagi.

Aku belum menyelesakan pertanyaanku, mungkin karena reset ingatan sekarang yang membuatku bingung, atau mungkin karena interaksiku dengan Minakawa Sui.

Aku ingin memeriksa sebentar, tetapi tak ada waktu yang tersisa sama sekali.

Aku sangat cemas, tapi Minakawa Sui telah melemparkan potongan-potongan penghapus padaku untuk memintaku. Saat aku gelisah, tatapan waspada disekitar kita, dan bersiap-siap untuk menyelinap lembar jawaban padanya.

"Pak guru! Keduanya 'nyontek!"

Di sebelah kananku—kursi tetangga dengan arah yang berlawanan dari Minakawa Sui, orang tertentu mengangkat tangan untuk memanggil. Aku terkejut, menarik lembar jawabanku, dan berbalik.

Seorang gadis mungil duduk di sana.

Gadis ini adalah kebalikan dari Minakawa Sui yang mirip kucing. Dia menyerupai anjing, dan tampak benar-benar generasi. Seragam SMP yang dikenakannya longgar, rambut sedikit pendek seperti bulu yang lembut, dan dia memiliki sebuah jam besar di pergelangan tangannya.

Siapa dia?

Omong-omong—ini buruk. Ini adalah fakta bahwa kita menyontek; kita ditakdirkan jika dia melaporkan kami!

"Ahh?" Guru itu memberi tampilan bingung dan memandang kami.

Ini buruk, ini buruk. Aku panik; apa yang kita lakukan sekarang?

Aku telah menulis kata-kata yang mencurigakan pada selembar kosong kertas pertanyaan dan kembali seperti percakapanku pada Minakawa Sui.

Guru itu akan curiga jika ia melihatnya.

Kita masih bisa menggertak saat guru tak menyaksikan saat yang tepat kita menyontek, tapi akan sulit bagiku untuk bertukar percakapan dengan Minakawa Sui.

Dalam kasus terburuk, mungkin aku berakhir dianggap sebagai kaki tangan membantu orang lain, dan kehilangan hakku untuk ujian—apakah itu layak kehilangan ingatanku untuk mengisi lembar jawaban?

Aku melihat gadis berambut pendek dengan enggan, tapi dia menunjukkanku sebuah tampilan mengganggu yang menyatakan kekalahanku. Dia pasti melakukannya saat mengetahui konsekuensinya.

Sementara guru itu mendekati kita—apa yang harus kulakukan? Aku bimbang.

"Bukan itu!"

Sebuah suara yang jelas berdering.

Di sebelah kiriku, Minakawa Sui menggoyangkan rambut hitam halus dengan elegan, dan berdiri saat ia mengatakan dengan keras.

"Aku mungkin terlihat mencurigakan... gelisah seperti ini, tapi, sebenarnya, aku..."

Dia tersipu, dan berteriak sekuat tenaga,

"Aku harus buang air besar!"

Seorang gadis benar-benar mengatakan itu.

"Itu sebabnya aku tampak mencurigakan! Kita nggak 'nyontek!"

Minakawa Sui menatap sekilas pada gadis berambut pendek. Untuk beberapa alasan, yang terakhir menunjukkan ekspresi terkejut, dan kemudian menunduk, yang tampaknya terkejut saat dia memberikan ekspresi pucat.

Mengesampingkan itu, guru itu menunjukkan ekspresi kesal saat ia melihat sekeliling ruang kelas yang gempar karena pernyataan Minakawa Sui. Ia mengepalkan tangan,

"Tenang, kalian semua! Kita sedang ujian!"

Dan kemudian, guru itu menunjuk dagunya ke koridor, mendorong Minakawa Sui untuk menuju ke toilet.

Minakawa Sui mengangguk, menggoyangkan rambutnya yang hitam dengan elegan, dan meninggalkan kelas.

Dia menuju ke toilet, tapi tampak seperti seorang ratu pada kembalinya kemenangan.

Guru itu mengatakan kepada gadis berambut pendek, yang menyaksikan Minakawa Sui pergi dengan pandangan kosong,

"Fokus pada ujian, Minakawa."

Guru itu selesai, dan mulai melihat-lihat kelas lagi.

—Mina, Kawa?

Jam kukuk agak tua dan rusak tergantung di atas podium menunjukkan pukul '11.56'.

Aku buru-buru mencoba untuk memecahkan pertanyaan tersisa.

Tak ada banyak waktu yang tersisa.

Aku buru-buru mengisi semua yang kosong dan mulai untuk memeriksa lagi.

Tapi Minakawa Sui belum kembali, dan aku tak bisa menyerahkan lembar jawabanku padaku untuk menyontek. Guru curiga juga; itu akan berbahaya untuk melanjutkan menyontek.

Dan ada sesuatu yang kuprihatin.

Gadis berambut pendek yang disebut Minakawa jelas berusaha untuk menghalangi kami.

Siapa dia?

Omong-omong, apa namanya 'Minakawa'?

Ada hubungan apakah 'Minakawa Sui' dan 'Minakawa' miliki?

Nama keluarga mereka sama, atau mereka kembar?

Aku bingung, tapi saat aku telah menyelesaikan ujian—aku mendapatkan sebagian dari ingatanku lagi.

Ini ingatan yang lebih jelas dari sebelumnya.

Ini adalah ruang gaya Jepang yang sama tanpa tatami.

'Minakawa Sui' dan aku sedang belajar di meja persegi panjang yang terlihat seperti akan digunakan sebagai kotatsu selama musim dingin, dengan buku teks dan buku catatan. Atau lebih tepatnya, sepertinya aku mengajari 'Minakawa Sui' saat dia mengalami kesulitan belajar. Dia benar-benar anak bodoh, 'Minakawa Sui' ini, dia cemas akan perhitungan yang rumit, dan akhirnya melemparkan yang cocok dan mendorongku ke bawah.

Pada saat itu, 'Minakawa' muncul.

Dia membuka shoji dengan paksa, menunjukkan tampilan bercahaya seperti dia menuduh.

Setelah melihat kita yang penuh kasih sayang pada hari yang terik ini, keringat menetes, wajahnya merah seperti termometer.

"●●●●!! ●●●●●●!!"

Dia meneriakkan sesuatu dengan gelisah.

Aku hanya bisa mengingat ini samar-samar.

Kemudian aku, 'Minakawa Sui', dan 'Minakawa' membuat 'taruhan'.

'Taruhan' sangat penting yang tak bisa kuabaikan.

Aku bekerja sangat keras untuk belajar agar menang 'taruhan' ini.

Aku menekankan berhenti, hilang ingatanku.

Tapi aku tak ingat apa yang kutaruhkan.

Ini pasti adalah sesuatu yang penting.

Jam kukuk agak tua dan rusak tergantung di atas podium menunjukkan pukul '11 .57 '.

'Reset' yang terakhir terjadi selama ujian 'Sejarah Dunia'.

Aku berhasil memahami situasi arus melalui 'Ringkasan sampai sekarang' tertulis di kertas pertanyaan namun pada kenyataannya, aku masih tak tahu apa-apa.

Apa hubungan antara 'Minakawa Sui' dan 'Minakawa'? Siapa sebenarnya mereka?

Apa yang kita taruhkan?

Aku merenungkan dengan keras selama ini, tapi masih memeriksa lembar jawaban dengan cara robot, berpikir bahwa itu sempurna, dan memberi diriku persetujuan. Aku sangat yakin aku menjawab semuanya dengan benar; selama aku tak membuat kesalahan ceroboh, tak akan menjadi keinginan belaka untuk mendapatkan nilai sempurna.

Tetapi, 'Minakawa Sui' masih belum kembali.

Aku tak bisa memenuhi janjiku dengannya.

Dan, aku merenungkan sejenak, sebelum melakukan 'sesuatu' pada lembar jawabanku sendiri.

Secara naluriah aku menyadari ini adalah yang terbaik.

Jam kukuk agak tua dan rusak tergantung di atas podium menunjukkan pukul '11.59'.

Dan, ujian berakhir sungguhan.

Ingatanku akan 'reset' semenit kemudian, dan pada saat yang sama, ujian 'Sejarah Dunia' akan berakhir. Bagiku, ini akhir dari ujian semester di mana aku bertaruh pada sesuatu yang penting akan segera berakhir.

Apa yang akan terjadi setelah itu—

Apakah aku harus hidup dengan ingatan kehidupan penuh lubang dan 'reset' ini?

Tapi aku benar-benar tak punya penyesalan.

Aku melakukan apa yang bisa kulakukan; Aku sangat puas. Aku pasti tak akan menyesal.

Ada sekitar 10 detik tersisa sampai akhir ujian—

Tiba-tiba aku merasa dingin yang tak terasa saat musim panas, dan melihat ke samping.

'Dia' berdiri di sana.

Dia menyembunyikan kehadirannya sendiri, dan tak membiarkan murid lain, yang sedang ujian, tak menyadari ketika dia kembali dari toilet (?). Dia menyelinap cepat dari pintu belakang kelas tanpa suara.

"..."

Dia tersenyum.

Dia berdiri di samping si gadis berambut pendek—'Minakawa', seperti hantu.

Lalu,

"...U, hm?"

'Minakawa', yang akhirnya menyadari kehadiran 'Minakawa Sui', mengeluarkan teriakan.

Tidak, matanya tertuju pada lembar jawaban yang ditempatkan di depannya.

'Minakawa Sui' mengungkapkan penghapus terkikis, robek berkali-kali sebelumnya, di tangannya seperti pesulap.

Jawaban Minakawa hilang pada kecepatan yang mengagumkan.

"Ah! Apa yang sedang kamu lakukan!?"

'Minakawa' berteriak, tapi 'Minakawa Sui' menghapus lembar jawaban tanpa belas kasihan, dan cepat kembali ke tempat duduknya sebelum melanjutkan untuk menghapus lembar jawaban dengan penghapusnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Kembalikan lembar jawabanku!"

'Minakawa' akhirnya tahu, dan membawa kembali lembar jawaban dia dari 'Minakawa Sui'.

"Ahh, ahhh!?"

Ini adalah adegan yang menghancurkan; lembar kerja yang harusnya ada jawaban penuh, hanya meninggalkan bekas penghapus jelek.

"Apa... apa yang sudah kamu lakukan!?"

"Oi, di sana, apa yang kalian teriakkan!?"

Guru itu benar-benar tak tahan lagi, dan mengajukan pertanyaan ini. 'Minakawa' terlihat berada di ambang menangis, tapi kembali ke tempat duduknya dan mencoba untuk mengembalikan lembar jawaban sebagaimana itu.

Karena lembar jawaban, dia dapat mengisi berdasarkan tanda-tanda kabur, dan dapat mengisi jawaban dengan cara yang lebih akurat.

Namun, tak mungkin untuk memulihkan dengan lengkap. Tak ada cukup waktu.

'Minakawa' bisa bergumam dan mengeluh bahwa lembar jawabannya hancur oleh 'Minakawa Sui', melapor, tapi tidak untuk suatu alasan.

Dan, ujian berakhir tanpa mengalah.



Jam kukuk agak tua dan rusak tergantung di atas podium menunjukkan pukul '12 siang '.

Kukuk keluar dari jam, mengeluarkan suara energik dan santai 'yololeihoo~♪'.

Ingatanku tak di-reset'.

Ujian berakhir, dan tak perlu untuk mengingat—hal-hal seperti tahun di 'Sejarah Dunia' dan sebagainya keluar dari pikiranku, dan aku kembali ingatan asliku yang ditekan.

Aku mempunyai banyak ruang dalam kapasitas otakku, dan ingatan jangka panjang yang menjadi mungkin; ingatan disegel yang dianggap tak berguna untuk ujian mulai kembali lagi.

Dan, aku mengerti semuanya.

"Jadi, 'gimana hasilnya?"

Di sebelahku, 'Minakawa Sui' bermain dengan rambut panjang hitam saat dia komentar,

Bukan, dia—

"Apakah kamu ingat? Namaku bukan 'Minakawa Sui'."

"Aku tahu."

Nyataku dengan jelas.

"Itu namaku."

Aku taruhan dengan 'Minakawa Sui' dan 'Minakawa'.

'Minakawa Sui' dan aku sering bermain bersama-sama ketika kita masih muda, baik rumah kami dekat satu sama lain, dan kami telah menjadi dekat sejak saat itu. Namun, 'Minakawa' cemburu pada hubungan kami.

Dia adalah rekan setimnya 'Minakawa Sui' di tim voli kota mereka berasal, benar-benar menghormati hal jahat namun indah elegannya 'Minakawa', sampai di mana ia disebut kelompok lain 'oneesama'.

Dan 'Minakawa' sangat tak senang bahwa 'oneesama' tercinta sebenarnya memiliki beberapa hubungan dengan keberadaan keji disebut laki-laki (betapa biasnya!). Memisahkan kita, dia mengusulkan pertandingan.

Dalam ingatan yang kuingat, kalimat kosong yang berkata "Nggak! Oneesama! Milikku seorang, oneesama!!"

Tak seorang pun ingin mengingat hal tersebut.

Pertandingan itu sendiri sederhana.

Pada ujian 'Sejarah Dunia' pada hari terakhir dari ujian akhir semester, kami bertiga akan bersaing untuk melihat siapa yang memiliki nilai tertinggi.

Bila 'Minakawa Sui' atau aku menang, aku bisa terus berpacaran dengannya.

Tetapi bila 'Minakawa' menang, aku harus putus, dan tak berpacaran dengan 'Minakawa Sui'.

Aku bertanya-tanya apa jenis lelucon ini, apa manfaatnya kompetisi ini bagi kami, tapi 'Minakawa Sui' sangat tertarik dan menerima usulan tersebut.

Biasanya, orang yang akan menang akan jadi murid jenius nan pintar 'Minakawa', tapi kami berdua akan menantang dirinya. Tampaknya dia pikir ini akan jadi pertandingan yang adil.

Tapi respon 'Minakawa Sui' mengkhawatirkanku...

'Minakawa Sui' bukan orang pintar, jadi aku harus memenangkan kontes ini. Inilah mengapa aku bekerja begitu keras untuk belajar, untuk memenangkan taruhan, karena aku tak ingin putus dengan 'Minakawa Sui'.

Tapi hal yang tak terduga terjadi—sesuatu yang tak normal terjadi padaku.

Itu akan menjadi 3 menit 'reset' ingatan.

"Aku panik saat itu."

'Minakawa Sui' berbisik denganku di kelas yang berisik setelah pembebasan ujian.

"Kupikir kamu bertindak sedikit aneh, dan mencoba berbicara kepadamu dengan kertas dan pena, tapi kamu benar-benar tampak aneh... kamu idiot? Bahkan kamu kehilangan ingatanmu cuma karena kamu ingin menang."

Melihat kontesnya, tampaknya kemenangan kita bila salah satu antara 'Minakawa Sui' atau aku menang.

Dengan demikian, kami memiliki rencana awal, di mana aku akan bertanggung jawab untuk mendapatkan nilai tinggi, sementara 'Minakawa Sui' akan bertanggung jawab menyerang 'Minakawa' dengan sisa penghapus untuk mengganggu dia.

Tetapi karena kecelakaan tak disengaja diriku, 'Minakawa Sui' bingung dan mendukungku sebagai gantinya.

"Hal yang mengganggu adalah bahwa musuh terlalu menyadari sesuatu yang aneh terjadi padamu."

'Minakawa Sui' menunjuk dagunya pada 'Minakawa' yang dia sebut musuh.

"Sepertiku, menulis musuh untukmu, bertindak seperti dia berusaha untuk membantumu, dan berhasil mengetahui masalahmu dari sana. Lalu, dia ingin menggunakan kondisi tak normalmu—untuk menyabotasemu."

Musuh kita 'Minakawa' jelas akan mengatakan apapun yang tak menguntungkan bagiku.

"Dia bilang namanya salah."

Pada saat itu, aku punya nama yang belum pernah kulihat sebelumnya pada lembar jawabanku.

'Wakai Sunami'—aku menyadari itu dibacanya.

(TLN: Wakai Sunami - 若井数波, Minakawa Sui - 皆川睡)

Itu hanya sebuah anagram dari 'Minakawa Sui', sebuah permainan kata yang sederhana, tapi dia tak menyadarinya...

"Dia bilang nama itu bukan milik siapa pun di kelas ini. Kalau kamu menulis nama yang salah, nilaimu akan jadi nol. Tak peduli seberapa tinggi nilaimu, guru tak akan berpikir bahwa orang itu kamu."

'MInakawa' ingin mengalahkanku menggunakan metode ini.

'Minakawa Sui', yang menyadari semua ini, memikirkan rencana dalam pikirannya.

Dia bisa bilang nama asliku persis, dan juga dapat bersikeras bahwa 'MInakawa' berbohong—tapi dia menganggap bahwa aku akan merasa bingung, dan takkan tahu siapa yang harus dipercaya.

Dia membuat keputusan ini, dan menyebut dirinya 'Minakawa Sui' setelah reset ingatanku.

Itu nama asliku.

Ketika guru mengatakan, "Fokus pada ujian, Minakawa", itu ditujukan padaku, dan bukan gadis berambut pendek itu.

Lagi pula, untuk menyelamatkanku dari keadaanku, dia memutuskan untuk menggunakannya saat ketika 'Minakawa' mencoba untuk melaporkan kami atas menyontek untuk meninggalkan kelas.

Dia sudah tahu bahwa aku akan merasa kasihan pada 'Minakawa Sui' dan melakukan sesuatu pada kertasku.

Benar, aku menghapus nama orang lain yang berada di lembar jawabanku, dan menulis 'Minakawa Sui'. Itu karena aku merasa itu menyedihkan bahwa dia harus meninggalkan kursinya, dan aku ingin membiarkan guru menerima lembar jawabanku sebagai miliknya saat harusnya aku bisa untuk mendapatkan nilai tinggi.

Sampai saat ini, sudah seperti apa yang 'Minakawa Sui' harapkan.

'Minakawa Sui' memperoleh jawaban yang benar dariku dengan licik, dan sengaja mengisi beberapa jawaban yang salah pada lembar jawaban sendiri.

Mengapa dia harus melakukan hal ini?

Dia bukan orang pintar, tapi penuh dengan ide-ide licik.

"Selama keributan itu ketika aku kembali dari toilet, aku menukar lembar jawabanku—dengan musuh"

Setelah situasi konyol di mana jawabannya dirusak oleh penghapus, 'Minakawa' panik dan tak menyadari 'Minakawa Sui' menukar jawaban.

'Minakawa' buru-buru mencoba untuk mengembalikkan jawabannya, tetapi tanda yang tersisa di atasnya adalah jawaban yang salah 'Minakawa Sui' menukar sambil menyontek.

'Minakawa Sui' mengesampingkan 'Minakawa', menghapus nama dari lembar jawaban yang bisa memberikan nilai tinggi, dan menulis namanya di sana.

Ujian ini menggunakan lembar jawaban optik, dan tulisan tangan tak bisa dibedakan, sehingga biarpun jawaban tertukar, semua orang, termasuk guru, takkan merasa 'aneh'.

Dan 'Minakawa' tak bisa mengatakan apa-apa tentang 'Minakawa Sui' yang paling dicintainya.

Karena dia tak ingin dibenci.

Kesimpulan,

Apa yang kusampaikan adalah lembar jawaban dengan nama asliku, 'Minakawa Sui', diisi dengan jawaban yang benar, dan mudah-mudahan mendapat nilai sempurna.

Apa yang Minakawa Sui 'sampaikan adalah' lembar jawaban Minakawa, yang harusnya mendapatkan nilai yang cukup tinggi, dengan nama asli Minakawa Sui.

Dan musuh kita 'Minakawa Sui' menyerahkan lembar jawaban Minakawa Sui, penuh dengan kesalahan, dengan namanya sendiri di atasnya.

"Syukurlah—akhirnya kita melewati ini."

Gadis yang menyebut dirinya 'Minakawa Sui' menyeringai seperti kucing Cheshire.

"Kamu benar-benar idiot. Bahkan kamu kehilangan ingatanmu; apakah kamu benar-benar ingin menang segitunya? Jadi putus asa... dasar idiot memalukan."

Aku melihat ke arahnya sambil tetap di sudut kelas, yang tampak bahagia untuk beberapa alasan, dan memiringkan kepalaku.

"Tapi ingatanku masih sedikit kabur—kesampingkan kontes yang gadis itu usulkan pada kita, aku pikir aku punya taruhan denganmu... itu sebabnya aku begitu putus asa untuk menang—"

"Oh, jadi kamu nggak ingat hal-hal bermanfaat bagimu."

Dia menyentuh rambut hitam panjang, menunjukkan senyum cerah di wajahnya.

"Itu mudah."

Senyumnya indah.

"Kalau kamu mendapatkan nilai 100 di ujian... kamu dan aku akan—"

Dia bergumam sampai sini, dan memalingkan wajahnya,

"Memalukan untuk mengatakan hal ini."

Nadanya sangat kuat, seperti seorang ratu.

"Lagi pula, kamu harus bisa mendapatkan nilai sempurna, 'kan? Itulah yang diharapkan. Kamu bekerja sangat keras sampai ingatanmu kabur—Kamu sungguh idiot."

Dia tampak benar-benar bahagia.

"Pokoknya, setelah idiot yang memanggilku 'Oneesama' tersingkir... Aku hanya ingin melangkah dalam hubungan kita. Kamu memahami apa yang kukatakan?"

Dalam sudut kelas, dia menunjukkan senyum.

"Yah, setelah kamu ingat namaku—aku akan memberitahumu apa itu."

Post a Comment

0 Comments